Working Hours : Senin - Jumat | 07:00 - 16.00 WIB Hotline : 081320267493
Blog
  • Admin MTs Asih Putera
  • 2024-10-03 08:00:00
  • Artikel

Mengajar Itu Perjumpaan Hati

Selasa, 23 September 2024 Prodi Psikologi Pendidikan SPs UPI telah menyelenggarakan kegiatan PKM bekerjasama dengan MTs Asih Putera dengan menyelenggarakan pelatihan bagi guru-guru MTs Asih Putera dan perwakilan guru dari masing-masing satuan pendidikan di lingkungan Yayasan Asih Putera. Pelatihan ini  disampaikan oleh dua narasumber, yaitu:

1. Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. (Direktur SPs UPI) menyampaikan materi “Teacher Student Relationship”
2. Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog (Ketua Prodi Psikologi Pendidikan SPs UPI) menyampaikan materi “Mindfiulness Based Social Emotional Learning”

Acara ini dibuka oleh Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi, M.Pd., Psikolog sebagai Ketua Prodi Psikologi Pendidikan SPs UPI dan Ketua Yayasan Asih Putera, Ir. H. Edi Sudrajat Ahmad.



Disampaikan oleh Dr. Tina dalam sambutannya, PKM adalah salah satu kiprah Psikologi UPI agar ilmunya bermanfaat, tanpa penerimaan dari masyarakat dalam hal ini MTs Asih Putera maka ilmu itu akan sia-sia. Di tahun yang ke-8 Program PKM harapannya apa yang sudah direncanakan bisa berkesinambungan. 

Dalam sambutan Ketua Yayasan Asih Putera, Ir. H. Edi Sudrajat Ahmad menyampaikan terima kasih kepada tim Prodi Psikologi Pendidikan UPI atas sajian Program PKM untuk siswa, guru, dan orang tua di lingkungan Yayasan Asih Putera. Madrasah selaku pelaksana pendidikan terkadang kehilangan teori dan kehadiran tim Prodi Psikologi Pendidikan UPI akan menambah penguatan bagi guru madrasah.



Asih Putera terus berupaya menjadi madrasah yang mampu  memberikan ilmu tentang kedewasaan, karena tujuan pendidikan adalah mendewasakan. Pengertian dewasa dengan harapan siswa menjadi bertanggungjawab pada keputusan dirinya dan lingkungannya. Program pendewasaan dilakukan melalui program “Babakti ka Sepuh”, siswa pada jenjang TK, MI, MTs, dna MA harus tahu betul apa yang bisa dibantukan kepada orang tua dan bantuan apa yang diperlukan orang tua. Dari “Babakti ka Sepuh” akan muncul tanggung jawab anak di rumah serta terjalinnya komunikasi antara anak dan orang tua.

Pada materi pertama,  Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog menyampaikan bahwa jika anak-anak di sekolah ingin memiliki pengetahuan, maka guru harus membantu mereka siap dan termotivasi untuk belajar. Seorang siswa harus memiliki kompetensi tidak hanya pengetahuan namun juga memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi. 

Social Emotional Learning adalah proses dalam pembelajaran di mana anak-anak memperoleh peluang untuk mengembangkan social emotional-nya bukan hanya kognitif. Guru harus menstimulus siswa dalam menumbuhkan sikap empati, kesadaran diri, dan mampu bekerjasama.

Mindfullness based adalah pembelajaran yang membangun siswa harus terampil dan mampu me-manage diri sendiri. Peran guru untuk hadir penuh dengan penekanan praktik mindfulness sebagai pondasinya. Keterampilan guru dalam kelas berbasis mindfulness harus mampu mengelola tempat, menyadari pengalaman jasmaniyah, memelihara hubungan, merasakan pengalaman luhur (meaningfull), dan memposisikan diri untuk mengajar dan sebagai pembelajar.

Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. Guru itu adalah profesi yang paling mulia di muka bumi. Kompetensi seorang guru seyogyanya bertakwa kepada Allah Swt. Ujung dari proses pendidikan adalah ketakwaan. Bagaimana mereka bisa menjalin hubungan yang baik dengan Allah Swt (Hablumminallah) misalnya salat malam, salat hajat, witir, shalat tasbih, shalat taubat dll. Jika hubungan dengan Sang pencipta sudah baik, maka selesailah semuanya.



Bicara tentang pendidikan maka esensinya adalah membangun hubungan yang berkualitas. Dari hubungan yang baik maka akan timbul kenyamanan. Mengajar itu adalah perjumpaan hati. Jika hati banyak noda, maka yang ditransfer adalah noda. Jika hatinya bening penuh dengan ruh ilahiah ketuhanan, maka yang akan ditransfer adalah keindahan.

Dalam mengajar betapa pentingnya menjaga suasana hati dan perjumpaan kalbu. Menurut teori konseling, lingkungan mempengaruhi suasana batin. Maka, mulailah hubungan yang baik dan ciptakan lingkungan yang harmonis antara pendidik dan siswa. 

Disampaikan oleh Prof. Jun, langkah yang dapat dilakukan untuk membangun keharmonisan antara guru dan siswa adalah Respect (saling menghormati), Emphaty (saling merasakan), Audible (saling mendengarkan), Clarity (kejelasan pesan), Humble (murah hati penuh kasih sayang).

Figur sentral pendidikan adalah Rasulullah Muhammad saw. Hormatilah anak-anak sebagaimana seharusnya. Tanamkan nilai-nilai kejujuran sebagaimana yang selalu dicontohkan Rasulullah melalui sifat sidik, amanah, fatanah dan tablig. Terimalah anak-anak apa adanya tanpa syarat sebagai manusia. Kembalikan tujuan pendidikan adalah bertakwa.

Apa yang disampaikan oleh para narasumber singkat, padat, namun sarat makna. Menambah semangat kami para pendidik di lingkungan Yayasan Asih Putera untuk terus semangat menimba ilmu dan me-refresh diri. Esensi pendidikan adalah  membangun hubungan yang berkualitas dan mengajar sejatinya adalah perjumpaan hati untuk menggapai tujuan akhir yaitu ketakwaan. Wallahu’alam.

Penulis
Ferawati Sartika, S.T

Tags
Link Informasi
Client Logo
Client Logo
Client Logo
Client Logo
Client Logo
Client Logo